PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
ACARA III
PENGUKURAN TITIK KOORDINAT
Disusun Oleh :
GILANG SURYO NUGROHO
E100140057
Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit M.Si, M.Sc
Asisten Dosen :
Bondan Jati Kusumo
Wahyu Nugroho
Muh. Faqih Minallah
Nivo Prayogo
Hari dan Tanggal
Praktikum :
Selasa, 28 April 2015
LABORATORIUM ILMU UKUR
TANAH
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ACARA III
PENGUKURAN TITIK KOORDINAT
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
a.
Memberikan keterampilan untuk dapat mengukur sudut dan azimuth menggunakan Theodolit dan Yallon di lapangan.
b.
Melatih mahasiswa memahami
konsepsi sudut dan azimuth (sudut arah) dalam membidik titik kontrol yang sudah
ada.
c.
Melatih untuk menghitung titik
ikat/kontrol atau koordinat dari jarak, sudut dan azimuth yang telah diketahui berdasarkan 1 dan 2 titik pasti dengan metode intersection maupun resection.
II.
ALAT DAN BAHAN
a. Theodolit Manual
b. Kaki Statif (Tripot)
c. Rambu Ukur
d. Patok/Yallon
e. Kompas
f. Kalkulator
g. Alat Tulis
III.
DASAR TEORI
Setiap bidikan untuk
mendapatkan data sudut, sebaiknya dilakukan
dua kali, yaitu; Biasa (B) dan Luar Biasa (LB) untuk memperoleh bacaan rata-rata. Dalam pengukuran tanah sudut merupakan hal yang sangat
penting yang mana sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan
sebagai horizontal dan Vertikal, tergantung pada bidang datar dimana sudut
diukur. Azimuth adalah sudut yang diukur mulai dari arah utara
magnet (0° UM). Besarnya azimuth searah jarum jam adalah 0° hingga 360°.
Sudut adalah besaran derajat
yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan pada satu titik. Berdasarkan arah pengukurannya sudut dibedakan
menjadi dua, yaitu; sudut horizontal
(H) dan sudut vertikal (V).
Ada
tiga persyaratan dasar dalam menentukan sebuah sudut yaitu:
1.
Garis
awal atau acuan.
2.
Arah
perputaran.
3. Jarak sudut.
Pengertian Titik Kontrol (Titik
Ikat/Titik Pasti/Titik Koordinat) adalah titik
berkoordinat yang digunakan
sebagai
patokan/datum/control/acuan
untuk
menentukan
posisi
titik
kontrol
tambahan
dalam
rangka
penggambaran
obyek di permukaan
bumi.
Titik
kontrol
dasar
sering
disebut
Titik
Triangulasi. Notasi titik triangulasi sesuai urutan tingkat keakurasian dan jauhnya jarak antar notasi
yang sama adalah
P (primer), S (sekunder), T (tersier), Q (kuarter) dst.
Cara menentukan titik koordinat (titik kontrol)
dibagi menjadi tiga cara, yakni dengan GPS (Global
Positioning System), dengan Peta (mengukur melalui skala dan jarak peta),
dan dengan menggunakan Alat Ukur Tanah.
Menentukan lokasi koordinat dengan bantuan
Referensi Geografis seperti yang dijelaskan diatas. Bentuk koordinat ada dua,
yakni Koordinat Geografis {( o
’ ” ) BB/BT/LU/LS}dan Koordinat UTM “Universal
Transpose Mercator” (MT/MV)
A. Pengukuran/perhitungan dengan bantuan
1 titik kontrol acuan
Pengukuran koordinat titik tambahan berdasarkan
1 titik pasti menggunakan prinsip segitiga Phytagoras. Skema pengukuran dapat dilihat pada gambar berikut
:
Keterangan :
Alat ukur berdiri di titik A dan rambu/patok/yallon dipasang pada titik
B. Titik A adalah titik ikat acuan dan B adalah titik ikat tambahan.
Rumus dasar = Prinsip Phytagoras
B. 1.
Pengukuran/perhitungan dengan bantuan 2 titik kontrol acuan
1. Metode Intersection
(silang depan)
Keterangan
:
Dua
titik kontrol acuan yang telah berkoordinat adalah A dan
B. Titik C adalah titik kontrol tambahan yang akan dibuat/ditentukan koordinatnya.
Cara
mengukur :
Ø
Pertama, alat ukur
berdiri di titik A , bidikan ke AB dan AC, sehingga diperoleh bacaan horizontal
AB dan AC. Pengukuran ini bertujuan menentukan besarnya sudut BAC atau α.
Ø
Kedua, alat ukur berdiri
di titik B bidikan ke BC dan BA, sehingga diperoleh bacaan horizontal BP dan
BA. Pengukuran ini bertujuan menentukan besarnya sudut ABC atau β.
2. Metode Resection
(silang belakang)
Cara
Mengukur:
Alat
ukur berdiri di titik tambahan yang akan ditentukan koordinatnya, yaitu C. Dari
titik C bidikan dan diarahkan kemasing-masing titik berkoordinat A dan B untuk
menentukan besarnya sudut di titik C (= λ). Selanjutnya dilakukan pengukuran
jarak dari titik C kesalah satu titik ikat berkoordinat (CA = b atau
CB = a).
IV.
LANGKAH KERJA
Pengaturan Theodolit
1.
Menyiapkan alat ukur tanah seperti Theodolit Manual,
Rambu Ukur, dan Tripot.
2.
Memasang kaki statif atau
tripot dan kaki tripot dibuat membentuk segitiga sama sisi agar seimbang.
Kuatkan kaki tripot dengan menginjaknya ke dalam tanah.
3.
Memasang Theodolit tersebut
dengan mengendurkan kunci baut yang terdapat pada tripot (pastikan kaki-kaki
pesawat Theodolit tepat di atas segitiga papan dudukan). Tidak ketinggalan pula
untuk mengatur theodolit supaya benar – benar
datar dan dalam posisi horizontal serta mengusahakan lensa okuler diatur
tingginya setinggi dada.
4.
Mengatur posisi Theodolit pas dan tepat dengan titik
tengah segitiga papan dudukan dengan memantau titik tersebut melalui lensa
okuler.
5.
Setelah dirasa pas dan tepat, kita kunci dengan
mengencangkan kunci baut yang terdapat pada tripot sekaligus memastikan posisi
agar kedudukan pengukur (juru ukur) berada tegak lurus dengan salah satu sisi
dari segitiga papan dudukan Theodolit.
6.
Untuk mengatur Nivo, Perhatikan gambar di samping ini.
Gambar tersebut adalah kaki-kaki pesawat theodolit yang menempel pada papan
dudukan. Pada kaki-kaki terdapat knop perata horisontal yang dapat digerakkan
memutar. Garis panah lengkung merah menunjukkan gerakan keluar, sedangkan garis
lengkung biru menunjukkan gerakan masuk. Gerakan masuk keluar adalah gerakan
jari tangan untuk menyetel gelembung nivo kotak dalam rangka leveling alat. Perlu selalu diingat,
bahwa setiap pengukuran dengan menggunakan pesawat Theodolit langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mendudukkan pesawat ukur dalam posisi datar (level). Pada saat jari memutar (arah
masuk masuk semua; arah keluar keluar semua), perhatikan gelembung dalam nivo
kotak (yang sebenarnya berbentuk lingkaran). Kita pastikan gelembung tersebut
berada pada posisi satu garis lurus dengan letak menjauh atau mendekat dengan
pengukur/juru ukur. Jika gelembung sudah berada pada posisi tegak atau vertikal,
kemudian masukkan gelembung pada tengah-tengah nivo dengan cara memutar knop
perata horisontal pada dudukan theodolite nomor 3 atau menggerakkan secara
beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.. Apabila
gelembung sudah berada tepat di tengah nivo, maka langkah selanjutnya adalah
menyetel nivo tabung dengan cara memposisikan gelembung tepat berada di
tengah-tengah nivo (mendatar) dengan cara menggerakan
secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. Alat sudah siap
digunakan jika gelembung pada kedua nivo sudah tepat berada di tengah-tengah.
Hal ini menunjukkan, bahwa alat ukur sudah benar-benar dalam posisi horizontal.
7.
Sebelum membidik Obyek yang akan diukur, kita
memposisikan theodolit dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada
tengah – tengah titik ikat (BM ), dilihat dari centering optik .
8.
Membidik obyek yang akan diukur, kemudian kunci obyek
dengan pengunci vertikal dan horizontal. Atur pemfokusan agar obyek terlihat
jelas.
V.
HASIL PRAKTIKUM
Dari pengukuran didapatkan data sebagai berikut:
B C
T AB = ba : 1,19 D
= (1,19 – 1,09) x 100 Lb =
300˚48’00”
bb :
1,09 = 10 m B = 120 ˚32’00”
H = 120 ˚40’00”
YB = YA + ( d . cos α )
= 100
+ ( 10 . cos 120 ˚40’00” )
= 100
+ ( - 5,10042589 )
=
94,89957411
=
94,90
|
|
XB = XA + ( d .
sin α )
= 100 + (
10 . sin 120 ˚40’00” )
= 100 + ( 8,60149147 )
=
108,60149147
= 108,6
T AC = ba : 1,20 D
= (1,20 – 1,14,5) x 100 B = 193˚27’50”
bb :
1,14,5 = 5,5 m Lb = 13˚16’20”
H = 193˚27’50”
|
|
YC = YA + ( d . cos α )
= 100
+ (5,5 . sin 193˚27’50”)
= 100
+ (-5,348842719 )
=
94,65115728
=
94,65
|
|
XC = XA + ( d . sin α )
= 100 + (
5,5 . sin 193˚27’50” )
= 100 + (-
1,164162369)
=
98,83583763
= 98,83
T BC = ba : 1,19 D
= (1,19 – 1,09) x 100 B = 256˚13’20”
bb : 1,09 = 10 m Lb =
76˚11’40”
H = 256˚12’30”
XC = XB + ( d . sin α )
= 108,6 + (10 . sin 193˚27’50”)
= 108,6 + ( -9,71168962 )
= 98,88831038
= 98,89
YC = YB + (
d . sin α )
= 94,90 +
( 10 . cos 193˚27’50” )
= 94,90 +
( -2,38392209 )
=
92,51607791
= 92,51
T BA = ba : 1,19 D
= (1,19 – 1,09) x 100 B =
290˚12’00”
bb : 1,09 = 10 m Lb =
12˚13’00”
H = 290˚12’30”
XA = XB + ( d . sin α )
= 108,6 + (10 . sin 290˚12’30”)
= 108,6 + ( -9,38442791 )
= 99,21557209
= 99,22
YA = YB + (
d . sin α )
= 94,90 +
( 10 . cos 290˚12’30” )
= 94,90 +
( 3,45434693 )
=
98,35434693
= 98,35
T CB = ba : 1,19 D
= (1,19 – 1,09) x 100 B = 256˚29’10”
bb : 1,09 = 10 m Lb =
72˚29’20”
H = 256˚29’15”
XB = XC + ( d . sin α )
= 98,89 + (10 . sin 256˚29’15”)
= 98,89 + ( -9,723189674 )
= 89,16681033
= 89,17
YB = YC + (
d . sin α )
= 92,51 +
( 10 . cos 256˚29’15” )
= 92,51 +
(-2,336574965 )
=
90,17342503
= 90,17
T CA = ba : 1,40 D
= (1,40 – 1,34) x 100 B = 242˚13’40”
bb : 1,34 = 6 m Lb =
8˚14’20”
H = 242˚14’0”
XA = XC + ( d . sin α )
= 98,89 + (6 . sin 242˚14’0”)
= 98,89 + ( -5,309112949 )
= 93,58088705
= 93,58
YA = YC + (
d . sin α )
= 92,51 +
( 6 . cos 242˚14’0” )
= 92,51 +
(-2,795231599 )
=
89,7147684
= 89,71
VI.
PEMBAHASAN
Pada awal praktikan
pertemuan acara pertama dan dua, kita diberikan teknik-teknik dalam penggunaan
alat ukur tanah theodolit. Sebelum digunakan, theodolit terlebih dahulu
dilakukan centering. Bagi pemula
praktikan, melakukan centering agak
sedikit kesulitan, praktikan harus menemukan titik tengah. Akan tetapi
melakukan centering bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan feeling membuka kaki dari penyangga
theodolit agar menemukan titik tengah. Untuk melakukan pengukuran jarak, yang
pertama dilakukan ialah posisi gelembung di nivo pada theodolit harus seimbang
sama-sama berada ditengah, dan sudut pada theodolit harus 900. Kemudian
mengatur azimuth juga diperlukan dengan memastikannya berada di titik 0o
Arah Utara.
Praktikum Ilmu Ukur Tanah
pada pertemuan ketiga yakni mempelajari dan mencari titik koordinat dari
masing-masing titik yang telah diketahui dan dibidik melalui theodolit di
lapangan dengan mengatur azimuth sebagai sudut horizontal yang nantinya sebagai bahan untuk menentukan titik
koordinat dengn cara mengalikan dengan panjang antara titik A dan titik B
maupun B ke C dan seterusnya. Dalam penembakan dari titik satu ke titik lain
memerlukan ketelitian karena jika adanya kesalahan dalam penembakan hasil akhir
akan berbeda dan tidak sesuai dengan koordinat awal yang telah di ketahui
melalui GPS maupun menggunakan koordinat lokal.
Dari praktikum pengukuran titik control didapat
beberapa angka koordinat dari TAB, TAC, TBA, TBC, TCA, dan TCB, yaitu :
ü
TAB
dengan sudut horizontal 120 ˚40’00” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XB =
108,6, dan YC = 94,90.
ü
TAC
dengan sudut horizontal 193˚27’50” dan jarak 5,5 m menghasilkan koordinat XC =
98,83, dan YC = 94,65.
ü
TBA
dengan sudut horizontal 256˚12’30” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XA =
99,22, dan YA = 98,35.
ü
TBC
dengan sudut horizontal 290˚12’30” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XC =
89,17, dan YC = 90,17.
ü
TCA
dengan sudut horizontal 290˚12’30” dan jarak 6 m menghasilkan koordinat XA =
93,58, dan YA = 89,71.
ü
TCB
dengan sudut horizontal 256˚29’15” dan jarak 6 m menghasilkan koordinat XB =
89,17, dan YB = 90,17.
VII.
KESIMPULAN
1.
Pengukuran titik koordinat dengan bantuan dua titik kontrol acuan
digunakan untuk menentukan koordinat tambahan menggunakan bantuan dua titik
kontrol sehingga dapat ditentukan koordinat titik tambahan dan kebenarannya
lebih akurat karena koordinat titik tambahan dari titik pertama dan titik kedua
sama hasilnya.
2.
Pada Acara 3 Praktikum IUT diperoleh hasil koordinat
TAB (108,6 ; 94,90),
TAC (98,83 ; 94,65), TBA (99,22 ; 98,35), TBC (89,17 ; 90,17), TCA (93,58 ;
89,71) dan TCB (89,17 ; 90,17).
3.
Hasil
pengukuran sudut untuk perhitungan titik ikat atau titik koordinat menggunakan
theodolit manual kurang akurat karena hasil baca rambu ukur dan sudut antara
satu orang dengan orang lain bisa berbeda, belum lagi garis dalam lensa
theodolit (untuk menentukan benang atas dan benang bawah) sangatlah tipis sehingga benar-benar harus jeli dalam melihat benang atas dan
benang bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Sigit, Agus. 2007. Ilmu Ukur Tanah. Surakarta : Fakultas
Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Basuki, Slamet. Ilmu Ukur Tanah. Jogjakarta : Gadjah Mada
University Press.
http://www.plengdut.com/2012/09/pengukuran-titik-titik-detail.html.
diakses pada senin, 4 Mei 2015 pukul 23.24 wib