> Gilang Suryo Nugroho: 2015

Search

Tuesday, September 22, 2015

ILMU UKUR TANAH 4 PRAKTIKUM



ACARA IV
PENGUKURAN TINGGI OBYEK

I.      Tujuan
       Memberikan keterampilan kepada praktikan cara mengukur tinggi obyek menggunakan alat theodolite.

II.            Alat dan Bahan
1.      Theodolite
2.      Alat ukur / rambu ukur
3.      Alat tulis
4.      Kalkulator

III.            Dasar Teori

       Berdasarkan arah pengukurannya sudut dibedakan menjadi dua yaitu sudut horisontal dan sudut vertikal. Setiap bidikan untuk mendapatkan data sudut sebaiknya dilakukan dua kali yaitu Biasa(B) dan Luar Biasa (LB) untuk memperoleh bacaan rata – rata.
Sudut Vertikal (V)
Sudut vertikal dalam ukur tanah digunakan untuk menentukan sudut miring (helling). Sudut vertikal dimulai dari 0° arah Zenit hingga 90° pada bidang/garis horisontal.
             

                                                            Rumus dasar :
                V
                                    h                                              h       =     90°    -   V
                                                                90°


IV.            Instruksi
1.      Pasang alat theodolite dan tripod kemudian kunci dan atur supaya benar – benar datar usahakan theodolite diatur tingginya sejajar denagn mata.
2.      Pasang rambu ukur pada tiang yang akan dihitung ketinggiannya.
3.      Cari dan hitung jarak antara kita dengan tiang.
4.      Tulis bacaan vertikalnya pada teropong mikrometer.
5.      Cari menggunakan rumus sudut hellingnya.
6.      Hitung tinggi obyek dan tinggi obyek sebenarnya denagn menggunakan rumus.

V.            Catatan
        Untuk mencari jarak antara kita dengan obyek saat membidik menggunakan theodolite usahakan V = 90o

VI.            Hasil Pembahasan

vertikal


 




α
                                                                                                                     


 
                                      X

Tinggi obyek                                                                       
1.                  ( Ba – Bb ) x 100 ( x )                                               
2.                  Sudut vertikal = α = 90o – v                                 
3.                  Tg α =                                                                         
         =                                                           


Jawaban :                                                                                                      

1.                  X = ( Ba – Bb ) x 100                                     4.   Tinggi obyek =  y + T.alat theodolite
          = ( 0,7 – 0,39 ) x 100                                                                                 = 17,36 + 1,43                                                         
          = 31 m                                                                                            = 18,79 m

2.                  Sudut vertikal : V  =  60o 48' 0''
                                 α  =  90°  ̶   60o 48' 0''   = 29o 12' 0''

3.                  Tg α 29o 12' 0'' =    
                0,56        =  
                          y   = 0,56 x 31
                               = 17,36                       

Saturday, September 19, 2015

Laporan 3 ilmu ukur tanah UMS



PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
ACARA III
PENGUKURAN TITIK KOORDINAT









Disusun Oleh :
GILANG SURYO NUGROHO
E100140057
Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit M.Si, M.Sc
Asisten Dosen :
Bondan Jati Kusumo
Wahyu Nugroho
Muh. Faqih Minallah
Nivo Prayogo
Hari dan Tanggal Praktikum :
Selasa, 28 April 2015
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ACARA III
PENGUKURAN TITIK KOORDINAT
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
a.    Memberikan keterampilan untuk dapat mengukur sudut dan azimuth menggunakan Theodolit dan Yallon di lapangan.
b.   Melatih mahasiswa memahami konsepsi sudut dan azimuth (sudut arah) dalam membidik titik kontrol yang sudah ada.
c.    Melatih untuk menghitung titik ikat/kontrol atau koordinat dari jarak, sudut dan azimuth yang telah diketahui berdasarkan 1 dan 2 titik pasti dengan metode intersection maupun resection.
II.     ALAT DAN BAHAN

a.    Theodolit Manual
b.    Kaki Statif (Tripot)
c.    Rambu Ukur
d.   Patok/Yallon
e.    Kompas
f.     Kalkulator
g.    Alat Tulis

III.     DASAR TEORI
Setiap bidikan untuk mendapatkan data sudut, sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu; Biasa (B) dan Luar Biasa (LB) untuk memperoleh bacaan rata-rata. Dalam pengukuran tanah sudut merupakan hal yang sangat penting yang mana sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan sebagai horizontal dan Vertikal, tergantung pada bidang datar dimana sudut diukur. Azimuth adalah sudut yang diukur mulai dari arah utara magnet (0° UM). Besarnya azimuth searah jarum jam adalah 0° hingga 360°.
Sudut adalah besaran derajat yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan pada satu titik. Berdasarkan arah pengukurannya sudut dibedakan menjadi dua, yaitu; sudut horizontal (H) dan sudut vertikal (V).


Ada tiga persyaratan dasar dalam menentukan sebuah sudut yaitu:
1.      Garis awal atau acuan.
2.      Arah perputaran.
      3.   Jarak sudut.

Pengertian Titik Kontrol (Titik Ikat/Titik Pasti/Titik Koordinat) adalah titik berkoordinat yang digunakan sebagai patokan/datum/control/acuan untuk menentukan posisi titik kontrol tambahan dalam rangka penggambaran obyek di permukaan bumi. Titik kontrol dasar sering disebut Titik Triangulasi. Notasi titik triangulasi sesuai urutan tingkat keakurasian dan jauhnya jarak antar notasi yang sama adalah  P (primer), S (sekunder), T (tersier), Q (kuarter) dst.
Cara menentukan titik koordinat (titik kontrol) dibagi menjadi tiga cara, yakni dengan GPS (Global Positioning System), dengan Peta (mengukur melalui skala dan jarak peta), dan dengan menggunakan Alat Ukur Tanah.
Menentukan lokasi koordinat dengan bantuan Referensi Geografis seperti yang dijelaskan diatas. Bentuk koordinat ada dua, yakni Koordinat Geografis    {( o ’ ” ) BB/BT/LU/LS}dan Koordinat UTM “Universal Transpose Mercator” (MT/MV)

A.  Pengukuran/perhitungan dengan bantuan 1 titik kontrol acuan
Pengukuran koordinat titik tambahan berdasarkan 1 titik pasti menggunakan prinsip segitiga Phytagoras. Skema pengukuran dapat dilihat pada gambar berikut :



 








Keterangan :
Alat ukur berdiri di titik A dan rambu/patok/yallon dipasang pada titik B. Titik A adalah titik ikat acuan dan B adalah titik ikat tambahan.
Rumus dasar   = Prinsip      Phytagoras


 




        B. 1. Pengukuran/perhitungan dengan bantuan 2 titik kontrol acuan
1. Metode  Intersection (silang depan)








Keterangan :
Dua titik kontrol acuan yang telah berkoordinat adalah A dan B. Titik C adalah titik kontrol tambahan yang akan dibuat/ditentukan koordinatnya.
Cara mengukur :
Ø  Pertama, alat ukur berdiri di titik A , bidikan ke AB dan AC, sehingga diperoleh bacaan horizontal AB dan AC. Pengukuran ini bertujuan menentukan besarnya sudut BAC atau α.
Ø  Kedua, alat ukur berdiri di titik B bidikan ke BC dan BA, sehingga diperoleh bacaan horizontal BP dan BA. Pengukuran ini bertujuan menentukan besarnya sudut ABC atau β.

2. Metode  Resection (silang belakang)







Cara Mengukur:
Alat ukur berdiri di titik tambahan yang akan ditentukan koordinatnya, yaitu C. Dari titik C bidikan dan diarahkan kemasing-masing titik berkoordinat A dan B untuk menentukan besarnya sudut di titik C (= λ). Selanjutnya dilakukan pengukuran jarak dari titik C kesalah satu titik ikat berkoordinat (CA = b  atau  CB = a).


IV.     LANGKAH KERJA
Pengaturan Theodolit
1.         Menyiapkan alat ukur tanah seperti Theodolit Manual, Rambu Ukur, dan Tripot.
2.         Memasang kaki statif atau tripot dan kaki tripot dibuat membentuk segitiga sama sisi agar seimbang. Kuatkan kaki tripot dengan menginjaknya ke dalam tanah.
3.         Memasang Theodolit tersebut dengan mengendurkan kunci baut yang terdapat pada tripot (pastikan kaki-kaki pesawat Theodolit tepat di atas segitiga papan dudukan). Tidak ketinggalan pula untuk mengatur theodolit supaya benar – benar datar dan dalam posisi horizontal serta mengusahakan lensa okuler diatur tingginya setinggi dada.
4.         Mengatur posisi Theodolit pas dan tepat dengan titik tengah segitiga papan dudukan dengan memantau titik tersebut melalui lensa okuler.
5.         Setelah dirasa pas dan tepat, kita kunci dengan mengencangkan kunci baut yang terdapat pada tripot sekaligus memastikan posisi agar kedudukan pengukur (juru ukur) berada tegak lurus dengan salah satu sisi dari segitiga papan dudukan Theodolit.
6.         Untuk mengatur Nivo, Perhatikan gambar di samping ini. Gambar tersebut adalah kaki-kaki pesawat theodolit yang menempel pada papan dudukan. Pada kaki-kaki terdapat knop perata horisontal yang dapat digerakkan memutar. Garis panah lengkung merah menunjukkan gerakan keluar, sedangkan garis lengkung biru menunjukkan gerakan masuk. Gerakan masuk keluar adalah gerakan jari tangan untuk menyetel gelembung nivo kotak dalam rangka leveling alat. Perlu selalu diingat, bahwa setiap pengukuran dengan menggunakan pesawat Theodolit langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendudukkan pesawat ukur dalam posisi datar (level). Pada saat jari memutar (arah masuk masuk semua; arah keluar keluar semua), perhatikan gelembung dalam nivo kotak (yang sebenarnya berbentuk lingkaran). Kita pastikan gelembung tersebut berada pada posisi satu garis lurus dengan letak menjauh atau mendekat dengan pengukur/juru ukur. Jika gelembung sudah berada pada posisi tegak atau vertikal, kemudian masukkan gelembung pada tengah-tengah nivo dengan cara memutar knop perata horisontal pada dudukan theodolite nomor 3 atau menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.. Apabila gelembung sudah berada tepat di tengah nivo, maka langkah selanjutnya adalah menyetel nivo tabung dengan cara memposisikan gelembung tepat berada di tengah-tengah nivo (mendatar) dengan cara menggerakan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. Alat sudah siap digunakan jika gelembung pada kedua nivo sudah tepat berada di tengah-tengah. Hal ini menunjukkan, bahwa alat ukur sudah benar-benar dalam posisi horizontal.
7.         Sebelum membidik Obyek yang akan diukur, kita memposisikan theodolit dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah – tengah titik ikat (BM ), dilihat dari centering optik .
8.         Membidik obyek yang akan diukur, kemudian kunci obyek dengan pengunci vertikal dan horizontal. Atur pemfokusan agar obyek terlihat jelas.


V.     HASIL PRAKTIKUM
Dari pengukuran didapatkan data sebagai berikut:

            B                                             C




       A
(100,100)
 
 



T AB = ba : 1,19         D = (1,19 – 1,09) x 100          Lb = 300˚48’00”
             bb :  1,09            = 10 m                                 B   = 120 ˚32’00”
                                                                                    H   = 120 ˚40’00”

YB = YA + ( d . cos α )
      = 100 + ( 10 . cos 120 ˚40’00” )
      = 100 + ( - 5,10042589 )
      = 94,89957411
      = 94,90

 
XB = XA + ( d . sin α )
      = 100 + ( 10 . sin 120 ˚40’00” )
      = 100 + ( 8,60149147 )
      = 108,60149147
      = 108,6

T AC = ba : 1,20         D = (1,20 – 1,14,5) x 100       B     = 193˚27’50”
             bb :  1,14,5         = 5,5 m                                Lb   = 13˚16’20”
                                                                                    H     = 193˚27’50”


YC = YA + ( d . cos α )
      = 100 + (5,5 . sin 193˚27’50”)
      = 100 + (-5,348842719 )
      = 94,65115728
      = 94,65

 
 
XC = XA + ( d . sin α )
      = 100 + ( 5,5 . sin 193˚27’50” )
      = 100 + (- 1,164162369)
      = 98,83583763
      = 98,83

T BC = ba : 1,19         D = (1,19 – 1,09) x 100          B     = 256˚13’20”
             bb : 1,09             = 10 m                                 Lb   =   76˚11’40”
                                                                                    H     = 256˚12’30”


XC = XB + ( d . sin α )
      = 108,6 + (10 . sin 193˚27’50”)
      = 108,6 + ( -9,71168962 )
      = 98,88831038
      = 98,89

YC = YB + ( d . sin α )
       = 94,90 + ( 10 . cos 193˚27’50” )
      = 94,90 + ( -2,38392209 )
      = 92,51607791
      = 92,51

T BA = ba : 1,19         D = (1,19 – 1,09) x 100          B     = 290˚12’00”
             bb : 1,09           = 10 m                                   Lb   =   12˚13’00”
                                                                                    H     = 290˚12’30”


XA = XB + ( d . sin α )
      = 108,6 + (10 . sin 290˚12’30”)
      = 108,6 + ( -9,38442791 )
      = 99,21557209
      = 99,22

YA = YB + ( d . sin α )
       = 94,90 + ( 10 . cos 290˚12’30” )
      = 94,90 + ( 3,45434693 )
      = 98,35434693
      = 98,35


T CB = ba : 1,19         D = (1,19 – 1,09) x 100          B     = 256˚29’10”
             bb : 1,09           = 10 m                                   Lb   =   72˚29’20”
                                                                                    H     = 256˚29’15”


XB = XC + ( d . sin α )
      = 98,89 + (10 . sin 256˚29’15”)
      = 98,89 + ( -9,723189674 )
      = 89,16681033
      = 89,17
YB = YC + ( d . sin α )
       = 92,51 + ( 10 . cos 256˚29’15” )
      = 92,51 + (-2,336574965 )
      = 90,17342503
      = 90,17


T CA = ba : 1,40         D = (1,40 – 1,34) x 100          B     = 242˚13’40”
             bb : 1,34           = 6 m                                     Lb   =   8˚14’20”
                                                                                    H     = 242˚14’0”

XA = XC + ( d . sin α )
      = 98,89 + (6 . sin 242˚14’0”)
      = 98,89 + ( -5,309112949 )
      = 93,58088705
      = 93,58

YA = YC + ( d . sin α )
       = 92,51 + ( 6 . cos 242˚14’0” )
      = 92,51 + (-2,795231599 )
      = 89,7147684
      = 89,71














VI.     PEMBAHASAN
Pada awal praktikan pertemuan acara pertama dan dua, kita diberikan teknik-teknik dalam penggunaan alat ukur tanah theodolit. Sebelum digunakan, theodolit terlebih dahulu dilakukan centering. Bagi pemula praktikan, melakukan centering agak sedikit kesulitan, praktikan harus menemukan titik tengah. Akan tetapi melakukan centering bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan feeling membuka kaki dari penyangga theodolit agar menemukan titik tengah. Untuk melakukan pengukuran jarak, yang pertama dilakukan ialah posisi gelembung di nivo pada theodolit harus seimbang sama-sama berada ditengah, dan sudut pada theodolit harus 900. Kemudian mengatur azimuth juga diperlukan dengan memastikannya berada di titik 0o Arah Utara.
Praktikum Ilmu Ukur Tanah pada pertemuan ketiga yakni mempelajari dan mencari titik koordinat dari masing-masing titik yang telah diketahui dan dibidik melalui theodolit di lapangan dengan mengatur azimuth sebagai sudut horizontal yang nantinya sebagai bahan untuk menentukan titik koordinat dengn cara mengalikan dengan panjang antara titik A dan titik B maupun B ke C dan seterusnya. Dalam penembakan dari titik satu ke titik lain memerlukan ketelitian karena jika adanya kesalahan dalam penembakan hasil akhir akan berbeda dan tidak sesuai dengan koordinat awal yang telah di ketahui melalui GPS maupun menggunakan koordinat lokal.

Dari praktikum pengukuran titik control didapat beberapa angka koordinat dari TAB, TAC, TBA, TBC, TCA, dan TCB, yaitu :
ü  TAB dengan sudut horizontal 120 ˚40’00” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XB = 108,6, dan YC = 94,90.
ü  TAC dengan sudut horizontal 193˚27’50” dan jarak 5,5 m menghasilkan koordinat XC = 98,83, dan YC = 94,65.
ü  TBA dengan sudut horizontal 256˚12’30” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XA = 99,22, dan YA = 98,35.
ü  TBC dengan sudut horizontal 290˚12’30” dan jarak 10 m menghasilkan koordinat XC = 89,17, dan YC = 90,17.
ü  TCA dengan sudut horizontal 290˚12’30” dan jarak 6 m menghasilkan koordinat XA = 93,58, dan YA = 89,71.
ü  TCB dengan sudut horizontal 256˚29’15” dan jarak 6 m menghasilkan koordinat XB = 89,17, dan YB = 90,17.























VII.     KESIMPULAN
1.    Pengukuran titik koordinat dengan bantuan dua titik kontrol acuan digunakan untuk menentukan koordinat tambahan menggunakan bantuan dua titik kontrol sehingga dapat ditentukan koordinat titik tambahan dan kebenarannya lebih akurat karena koordinat titik tambahan dari titik pertama dan titik kedua sama hasilnya.
2.    Pada Acara 3 Praktikum IUT diperoleh hasil koordinat TAB (108,6 ; 94,90), TAC (98,83 ; 94,65), TBA (99,22 ; 98,35), TBC (89,17 ; 90,17), TCA (93,58 ; 89,71) dan TCB (89,17 ; 90,17).
3.    Hasil pengukuran sudut untuk perhitungan titik ikat atau titik koordinat menggunakan theodolit manual kurang akurat karena hasil baca rambu ukur dan sudut antara satu orang dengan orang lain bisa berbeda, belum lagi garis dalam lensa theodolit (untuk menentukan benang atas dan benang bawah) sangatlah tipis sehingga benar-benar harus jeli dalam melihat benang atas dan benang bawah.












DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Sigit, Agus. 2007. Ilmu Ukur Tanah. Surakarta : Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Basuki, Slamet. Ilmu Ukur Tanah. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
http://www.plengdut.com/2012/09/pengukuran-titik-titik-detail.html. diakses pada senin, 4 Mei 2015 pukul 23.24 wib