> Gilang Suryo Nugroho: laporan 2 ilmu ukur tanah UMS

Search

Saturday, September 19, 2015

laporan 2 ilmu ukur tanah UMS




PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH
ACARA II
PENGUKURAN SUDUT DAN KETINGGIAN








Disusun Oleh :
GILANG SURYO NUGROHO
E100140057
Dosen Pengampu :
Agus Anggoro Sigit M.Si, M.Sc
Asisten Dosen :
Bondan Jati Kusumo
Wahyu Nugroho
Muh. Faqih Minallah
Nivo Prayogo
Hari dan Tanggal Praktikum :
Selasa, 31 Maret 2015
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ACARA II
PENGUKURAN SUDUT DAN KETINGGIAN
I.     TUJUAN PRAKTIKUM
a.    Memberikan keterampilan untuk dapat mengukur sudut dan ketinggian menggunakan Theodolit di lapangan.
b.   Melatih mahasiswa memahami konsepsi sudut dan azimuth (sudut arah).
c.    Melatih untuk menghitung tinggi suatu benda dari jarak dan sudut yang telah diketahui.
II.     ALAT DAN BAHAN
a.    Theodolit Manual
b.    Kaki Statif (Tripot)
c.    Rambu Ukur
d.   Kompas
e.    Kalkulator
f.     Alat Tulis
III.     DASAR TEORI

Setiap bidikan untuk mendapatkan data sudut, sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu; Biasa (B) dan Luar Biasa (LB)  untuk memperoleh bacaan rata-rata. Dalam pengukuran tanah sudut merupakan hal yang sangat penting yang mana sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan sebagai horizontal dan Vertikal, tergantung pada bidang datar dimana sudut diukur.
Sudut adalah besaran derajat yang dibentuk oleh dua garis yang berpotongan pada satu titik. Berdasarkan arah pengukurannya sudut dibedakan menjadi dua, yaitu; sudut horizontal (H) dan sudut vertikal (V).



Ada tiga persyaratan dasar dalam menentukan sebuah sudut yaitu:
1.        Garis awal atau acuan.
2.        Arah perputaran.
3.        Jarak sudut.

A.  Sudut
a.    Sudut Horisontal (H)
Dalam ilmu ukur tanah, yang di maksudkan dengan sudut horizontal (mendatar) merupakan sudut pada bidang datar (proyeksi sudut yang terbentuk dari dua titik di permukaan bumi). Untuk mendapatkan sudut pada bidang proyeksi secara langsung, maka pembacaan ke arah titik A di muka bumi dan proyeksinya (A’) tidak boleh terdapat pertentangan. Kemudian jika theodolit kita putar dan di arahkan ke titik B, maka sudut yang terbentuk dapat diketahui.
Pada Theodolit, pembacaan ditandai dengan frame H dengan indeks berupa garis double. Sedangkan pembacaan menit dan detik di baca secara simultan pada mikrometer yang dapat di baca dari sisi kiri atau kanan. Alat pembacaan sudut horizontal biasanya di lengkapi dengan mikroskop skala, terutama untuk mendapatkan ketelitian tinggi dalam pembacaan ada bermacam-macam tergantung jenis pinstrumen yang di gunakan.
Prinsip pengukuran sudut ini adalah bacaan horizontal kanan - bacaan horizontal kiri.
                                                  A                             B         = ……………
                                                                                  LB       = ……………
       T ◘     α                                                              TA       = ……………

                                                  B                             B         = ……………
                                                                                  LB       = ……………
                                                                                  TB       = ……………
Sudut horizontal ATB atau α T adalah :
  α T          =   TB – TA                     TB   = bacaan horizontal TB (kanan)
                                                              TA   = bacaan horizontal TA (kiri)

b.    Sudut Vertikal (V)
Sudut vertikal dalam ukur tanah digunakan untuk menentukan sudut miring (helling) yang melintang dari bawah ke atas. Sudut vertikal dimulai dari 0° arah Zenit hingga 90° pada bidang/garis horisontal. Kegunaan utama dari pengukuran sudut vertikal adalah menentukan posisi vertikal dari obyek yang dibidik. Namun kegunaan praktis dari pengukuran ini cukup banyak. Obyek-obyek ketinggian di permukaan bumi dapat ditentukan ketinggiannya  dari kejauhan dengan menggunakan tejnik pengukuran ini. obyek-obyek tersebut diantaranya adalah : tinggi gunung, tinggi pohon, tinggi menara, tinggi gedung dan lain sebagainya.
      

V
               h                 90°                               h          =     90°    -   V

B.  Azimuth
Azimuth adalah sudut yang diukur mulai dari arah utara magnet bumi (0° UM). Besarnya azimuth searah jarum jam adalah 0° hingga 360°. Nilai azimuth di permukaan bumi ini sudah definitif, artinya tiap nilai memiliki arah tertentu. Azimuth 0° atau 360°  menunjukkan arah Utara; Azimuth 90° menunjukkan arah Timur; Azimuth 180° menunjukkan arah Selatan dan 270° menunjukkan arah Barat.


IV.     LANGKAH KERJA
Pengaturan Theodolit
1.         Menyiapkan alat ukur tanah seperti Theodolit Manual, Rambu Ukur, dan Tripot.
2.         Memasang kaki statif atau tripot dan kaki tripot dibuat membentuk segitiga sama sisi agar seimbang. Kuatkan kaki tripot dengan menginjaknya ke dalam tanah.
3.         Memasang Theodolit tersebut dengan mengendurkan kunci baut yang terdapat pada tripot (pastikan kaki-kaki pesawat Theodolit tepat di atas segitiga papan dudukan). Tidak ketinggalan pula untuk mengatur theodolit supaya benar – benar datar dan dalam posisi horizontal serta mengusahakan lensa okuler diatur tingginya setinggi dada.
4.         Mengatur posisi Theodolit pas dan tepat dengan titik tengah segitiga papan dudukan dengan memantau titik tersebut melalui lensa okuler.
5.         Setelah dirasa pas dan tepat, kita kunci dengan mengencangkan kunci baut yang terdapat pada tripot sekaligus memastikan posisi agar kedudukan pengukur (juru ukur) berada tegak lurus dengan salah satu sisi dari segitiga papan dudukan Theodolit.
6.        
3
 
2
 
Untuk mengatur Nivo, Perhatikan gambar di samping ini. Gambar tersebut adalah kaki-kaki pesawat theodolit yang menempel pada papan dudukan. Pada kaki-kaki terdapat knop perata horisontal yang dapat digerakkan memutar. Garis panah lengkung merah menunjukkan gerakan keluar, sedangkan garis lengkung biru menunjukkan gerakan masuk. Gerakan masuk keluar adalah gerakan jari tangan untuk menyetel gelembung nivo kotak dalam rangka leveling alat. Perlu selalu diingat, bahwa setiap pengukuran dengan menggunakan pesawat Theodolit langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendudukkan pesawat ukur dalam posisi datar (level). Pada saat jari memutar (arah masuk masuk semua; arah keluar keluar semua), perhatikan gelembung dalam nivo lingkaran dan nivo silinder. Kita pastikan gelembung tersebut berada pada posisi satu garis lurus dengan letak menjauh atau mendekat dengan pengukur/juru ukur. Jika gelembung sudah berada pada posisi tegak atau vertikal, kemudian masukkan gelembung pada tengah-tengah nivo dengan cara memutar knop perata horisontal pada dudukan theodolite nomor 3 atau menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.. Apabila gelembung sudah berada tepat di tengah nivo, maka langkah selanjutnya adalah menyetel nivo tabung dengan cara memposisikan gelembung tepat berada di tengah-tengah nivo (mendatar) dengan cara menggerakan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut. Alat sudah siap digunakan jika gelembung pada kedua nivo sudah tepat berada di tengah-tengah. Hal ini menunjukkan, bahwa alat ukur sudah benar-benar dalam posisi horizontal.
7.         Sebelum membidik Obyek yang akan diukur, kita memposisikan theodolit dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah – tengah titik ikat (BM ), dilihat dari centering optik .
8.         Membidik obyek yang akan diukur, kemudian kunci obyek dengan pengunci vertikal dan horizontal. Atur pemfokusan agar obyek terlihat jelas.












V.     HASIL PRAKTIKUM
Dari pengukuran didapatkan data sebagai berikut:
1.               Pengukuran Azimuth
Dalam pengukuran Azimuth dimulai dari titik 0o (Utara) yang dihitung searah jarum jam.

  1. Sudut Horizontal


 






      Titik A
          Peng. Biasa                 :     47o   50’ 00”
          Peng. Luar Biasa         :   227o  48’ 20”      -
                                                    47o  49’ 10”
      Titik B
Peng. Biasa                 :     65o   50’ 20”
          Peng. Luar Biasa         :   246o  52’ 00”      -
                                                    65o  51’ 10”
                      Sudut Horizontal           :   Titik B - Titik A
                                               65o   51’ 10”
                                               47o  49’ 10”                      -
                                                                 18o  02’ 00”                        

3. Sudut Vertikal







Diketahui :     α    = 81o   35’ 00”
Jawab        :     h    = 90º - V
                              = 90º - 81o   35’ 00”
Peng. biasa (V)      = 8º 25’ 0”

         Pengukuran Tinggi
a. Jarak Datar (D)
                  ba:  1,20
                  bb:  1,02
                                        L      = ba - bb = 1,20-1,02= 0,18
                                        D     = L x 100
                                                = 0,18 x 100
                                                = 18 meter


b. Tinggi (H)
                        Tinggi total      = y + tinggi alat
                        Tinggi alat       = 1,3 m
                                    tan α    =
                                       y       = tan α x x
                                                = tan 8º 25’ 0” x 18
                                       y       = 0,148 x 18
                                       y       = 2,664
                                               
                        Tinggi total      = y + tinggi alat
                                                = 2,664 +1,3
                                                = 3,964 m


VI.     PEMBAHASAN
. Pada awal praktikan pertemuan pertama, alat yang digunakan theodolit. Sebelum di gunakan, theodloit terlebih dahulu dilakukan centering. Bagi pemula praktikan, melakukan centering agak sedikit kesulitan, praktikan harus menemukan titik tengah. Akan tetapi melakukan centering bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan feeling membuka kaki dari penyangga theodolit agar menemukan titik tengah. Untuk melakukan pengukuran jarak, yang pertama dilakukan ialah posisi gelembung di nivo pada theodolit harus seimbang sama-sama berada ditengah, dan sudut pada theodolit harus 900.
Dalam pengukuran sudut diperlukan  arah sebuah garis yang mana Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dan sebuah garis acauan yang dipilih tertentu disebut meridian.Meridian-meridian yang dipakai berbeda-beda. Meridian astronomis adalah garis acuan utara-selatan melalui kutub-kutub geografik bumi. Meridian magnetik ditentukan dengan jarum magnit bergerak bebas yang hanya terpengaruhi oleh bidang magnetik bumi. Kutub magnet adalah pusat konvergensi meridian magnetik.
Sudut Vertikal adalah selisih antara dua garis berpotongan dibidang vertikal. Seperti yang biasa dipakai dalam pengukuran tanah,sudut itu adalah sudut yang berada diatas atau dibawah bidang horizontal yang melalui titik pengamatan. Sudut diatas bidang horizontal disebut sudut plus atau sudut elevasi. Sudut dibawah bidang horizontal disebut sudut mins atau sudut depresi.
Untuk mengukur sudut vertikal dengan transit, instrument dipasang pada titiknya dan didatarkan dengan cermat. Gelembung dalam tabung nivo teropong harus tetap seimbang bila teropong dikunci pada kedudukan horizontal dan diputar 360 derajat mengelilingi sumbu I. Jika skala nonius pada busur vertikal tidak terbaca 0 derajat 00 menit bila nivo seimbang,maka ada galat indeks yang harus ditambahkan pada atau dikurangkan dari semua pembacaan. Kekacauan tanda dihilangkan dengan menempatkan dalam catatan lapangan.
VII.     KESIMPULAN
·         Dibutuhkan ketelitian dalam menentukan posisi titik obyek yang harus berada di tengah pada pemasangan tripot dan theodolit mengingat posisinya harus benar-benar datar (horizontal) dan tidak miring, belum lagi kondisi geografis dan tanah di lapangan yang tidak merata, sehingga perlu dilakukan banyak-banyak latihan.
·         Hasil pengukuran sudut menggunakan theodolit manual kurang akurat karena hasil baca rambu ukur dan sudut antara satu orang dengan orang lain bisa berbeda, belum lagi garis dalam lensa theodolit (untuk menentukan benang atas dan benang bawah) sangatlah tipis sehingga benar-benar harus jeli dalam melihat benang atas dan benang bawah.
·         Dibutuhkan ketelitian juga dalam menentukan dan membaca posisi sudut dan azimuth pada theodolit mengingat banyaknya angka dan tekniknya masih belum dipahami oleh praktikan, sehingga perlu dilakukan banyak-banyak latihan





 



DAFTAR PUSTAKA
Anggoro Sigit, Agus. 2007. Ilmu Ukur Tanah. Surakarta : Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Basuki, Slamet. Ilmu Ukur Tanah. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.


1 comment: